Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penguatan rupiah terus mencapai rekor baru. Pada Senin, 1 Agustus 2011, IHSG mencetak mencetak rekor baru yaitu 4.193,44 atau naik 62 poin.
Sementara rupiah juga terus menguat setelah melewati level psikologis 8.500. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 27 poin di level Rp8.481 per dolar AS dibandingkan Jumat, 29 Juli yaitu Rp8.508 per dolar AS.
Apakah trend penguatan ini terus naik?
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan secara fundamental, pasar modal akan terus meningkat hingga 2016 mendatang. Ia optimis IHSG akan terus naik, dan tak mungkin level 4.500 dapat terlewati di akhir tahun. "IHSG 4.500 itu bukan sesuatu yang mustahil," ujarnya kepadaVIVAnews.com di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2011.
Euforia saham itu dikarenakan tekanan di pasar saham berkurang, terkait kondisi krisis utang Amerika Serikat. Jika kondisi ketidakpastian terkait kondisi global berkurang, maka aliran modal akan terus masuk.
Sementara rupiah juga terus menguat setelah melewati level psikologis 8.500. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 27 poin di level Rp8.481 per dolar AS dibandingkan Jumat, 29 Juli yaitu Rp8.508 per dolar AS.
Apakah trend penguatan ini terus naik?
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan secara fundamental, pasar modal akan terus meningkat hingga 2016 mendatang. Ia optimis IHSG akan terus naik, dan tak mungkin level 4.500 dapat terlewati di akhir tahun. "IHSG 4.500 itu bukan sesuatu yang mustahil," ujarnya kepadaVIVAnews.com di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2011.
Euforia saham itu dikarenakan tekanan di pasar saham berkurang, terkait kondisi krisis utang Amerika Serikat. Jika kondisi ketidakpastian terkait kondisi global berkurang, maka aliran modal akan terus masuk.
Namun jika ekonomi global masih diliputi ketidakpastian seperti krisis utang Amerika dan krisis di Eropa, maka ketidakpastian ekonomi akan meningkat. "Akibatnya orang akan cenderung meninggalkan negara berkembang. Maka peluang masuknya modal tak sebesar sebelumnya," ujarnya.
Sementara untuk rupiah, Purbaya menilai rupiah saat ini terlalu kuat dibanding fundamental. Derasnya capital inflow menjadi penyebab penguatan rupiah. Namun, ia percaya BI akan terus mempertahankan rupiah di level Rp8.500-9.000. Pasalnya jika rupiah terus menguat, ekspor akan terganggu.
Sementara untuk rupiah, Purbaya menilai rupiah saat ini terlalu kuat dibanding fundamental. Derasnya capital inflow menjadi penyebab penguatan rupiah. Namun, ia percaya BI akan terus mempertahankan rupiah di level Rp8.500-9.000. Pasalnya jika rupiah terus menguat, ekspor akan terganggu.
"Jadi secara jangka pendek, rupiah akan berada di level Rp8.500-9.000," tambahnya. (umi)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar